KALOR
1. PENGERTIAN PERPINDAHAN PANAS
Perpindahan panas dapat
didefinisikan sebagai berpindahnya energi dari suatu daerah ke daerah lainnya
sebagai akibat dari beda suhu antara daerah-daerah tersebut. Karena beda suhu
terdapat di seluruh alam semesta, maka aliran panas bersifat seuniversal yang
berkaitan dengan tarikan gravitasi. Tetapi tidak sebagaimana halnya gravitasi,
aliran panas tidak di kendalikan oleh sebuah hubungan yang unik, namun oleh
kombinasi dari berbagai hukum fisika yang tidak saling bergantungan.
Kepustakaan perpindahan panas
pada umumnya mengenal tiga cara perpindahan panas yaitu, konduksi (conduction,
juga dikenal dengan istilah hantaran), konveksi (convection, juga dikenal
dengan istilah aliran), radiasi (radiartion).
2. JENIS-JENIS PERPINDAHAN PANAS
1) PERPINDAHAN PANAS DENGAN CARA KONDUKSI
Yang dimaksud dengan
konduksi ialah pengangkutan kalor melalui satu jenis zat. Sehingga perpindahan kalor
secara hantaran/konduksi merupakan satu proses pendalaman karena proses perpindahan
kalor ini hanya terjadi di dalam bahan. Arah aliran energi kalor, adalah dari
titik bersuhu tinggi ke titik bersuhu rendah. Perpindahan panas konduksi dan
difusi energi akibat aktivitas molekul Sudah diketahui bahwa tidak semua bahan
dapat menghantar kalor sama sempurnanya. Dengan demikian, umpamanya seorang
tukang hembus kaca dapat memegang suatu barang kaca, yang beberapa cm lebih
jauh dari tempat pegangan itu adalah demikian panasnya, sehingga bentuknya
dapat berubah. Akan tetapi seorang pandai tempa harus memegang benda yang akan
ditempa dengan sebuah tang. Bahan yang dapat menghantar kalor dengan baik
dinamakan konduktor. Penghantar yang buruk disebut isolator. Sifat bahan yang
digunakan untuk menyatakan bahwa bahan tersebut merupakan suatu isolator atau
konduktor ialah koefisien konduksi terma. Apabila nilai koefisien ini tinggi,
maka bahan mempunyai kemampuan mengalirkan kalor dengan cepat. Untuk bahan
isolator, koefisien ini bernilai kecil.
Persamaan umum yang
biasa digunakan dalam perpindahan panas dengan cara konduksi adalah
![]() |
Keterangan:
H : Panas
k : Konduktivitas termal


A : Luas permukaan
H adalah perpindahan panas dan
merupakan gradien suhu kearah perpindahan
panas. Konstanta positif k disebut konduktivitas atau kehantaran termal (thermal konductivity) benda itu, A adalah luas
permukaan, sedangkan tanda minus diselipkan agar memenuhi hukum kedua
termodinamika, yaitu bahwa panas mengalir dari suhu tinggi ke suhu yang lebih
rendah.

NILAI KONDUKTIVITAS TERMAL (k) BERBAGAI BAHAN PADA SUHU 0° C
Bahan
|
W/m x °C
|
Btu/h x ft x °F
|
Logam
|
|
|
Perak (murni)
|
410
|
237
|
Tembaga (murni)
|
385
|
223
|
Aluminium (murni)
|
202
|
117
|
Nikel (murni)
|
93
|
54
|
Besi (murni)
|
73
|
42
|
Baja karbon, 1% C
|
43
|
25
|
Timbal (murni)
|
35
|
20,3
|
Baja krom-nikel
|
16,3
|
9,4
|
(18% Cr, 8% Ni)
|
|
|
Bukan Logam
|
|
|
Kuarsa (sejajar sumbu)
|
41,6
|
24
|
Magnesit
|
4,15
|
2,4
|
Marmar
|
2,08-2,94
|
1,2-1,7
|
Batu pasir
|
1,83
|
1,06
|
Kaca, jendela
|
0,78
|
0,45
|
Kayu mapel atau ek
|
0,17
|
0,096
|
Serbuk gergaji
|
0,059
|
0,034
|
Wol kaca
|
0,038
|
0,022
|
Zat cair
|
|
|
Air-raksa
|
8,21
|
4,74
|
Air
|
0,556
|
0,327
|
Amonia
|
0,540
|
0,312
|
Minyak Lumas, SAE 50
|
0,147
|
0,085
|
Freon 12,CCl2 F2
|
0,073
|
0,042
|
Gas
|
|
|
Hidrogen
|
0,175
|
0,101
|
Helium
|
0,141
|
0,081
|
Udara
|
0,024
|
0,0139
|
Uap air (jenuh)
|
0,0206
|
0,0119
|
Karbon dioksida
|
0,0146
|
0,00844
|

Perpindahan
panas konduksi dan difusi energi akibat aktivitas molekul
Pada umumnya, bahan
yang dapat menghantar arus listrik dengan sempurna (logam) merupakan penghantar
yang baik juga untuk kalor dan sebaliknya. Selanjutnya bila diandaikan sebatang
besi atau sembarang jenis logam dan salah satu ujungnya diulurkan ke dalam
nyala api. Dapat diperhatikan bagaimana kalor dipindahkan dari ujung yang panas
ke ujung yang dingin. Apabila ujung batang logam tadi menerima energi kalor
dari api, energi ini akan memindahkan sebahagian energi kepada molekul dan
elektron yang membangun bahan tersebut. Moleku1 dan elektron merupakan alat
pengangkut kalor di dalam bahan menurut proses perpindahan kalor konduksi.
Dengan demikian dalam proses pengangkutan kalor di dalam bahan, aliran elektron
akan memainkan peranan penting .
Persoalan yang patut
diajukan pada pengamatan ini ialah mengapa kadar alir energi kalor adalah
berbeda. Hal ini disebabkan karena susunan molekul dan juga atom di dalam
setiap bahan adalah berbeda.
Untuk satu bahan berfasa padat molekulnya
tersusun rapat, berbeda dengan satu bahan berfasa gas seperti udara. Molekul
udara adalalah renggang seka1i. Tetapi dibandingkan dengan bahan padat seperti
kayu, dan besi , maka molekul besi adalah lebih rapat susunannya daripada
molekul kayu. Bahan kayu terdiri dari gabungan bahan kimia seperti karbon, uap
air, dan udara yang terperangkat. Besi adalah besi. Kalaupun ada bahan asing,
bahan kimia unsur besi adalah lebih banyak.
2) PERPINDAHAN PANAS DENGAN CARA KONVEKSI
Yang dimaksud dengan
konveksi ialah pengangkutan ka1or oleh gerak dari zat yang dipanaskan. Proses
perpindahan ka1or secara aliran/konveksi merupakan satu fenomena permukaan.
Proses konveksi hanya terjadi di permukaan bahan. Jadi dalam proses ini
struktur bagian dalam bahan kurang penting. Keadaan permukaan dan keadaan
sekelilingnya serta kedudukan permukaan itu adalah yang utama. Lazimnya,
keadaan keseirnbangan termodinamik di dalam bahan akibat proses konduksi, suhu
permukaan bahan akan berbeda dari suhu sekelilingnya. Dalam hal ini dikatakan
suhu permukaan adalah T1 dan suhu udara sekeliling adalah T2 dengan Tl>T2.
Kini terdapat keadaan suhu tidak seimbang diantara bahan dengan sekelilingnya.
Perpindahan kalor dengan jalan aliran dalam
industri kimia merupakan cara pengangkutan kalor yang paling banyak dipakai.
Oleh karena konveksi hanya dapat terjadi melalui zat yang mengalir, maka bentuk
pengangkutan ka1or ini hanya terdapat pada zat cair dan gas. Pada pemanasan zat
ini terjadi aliran, karena masa yang akan dipanaskan tidak sekaligus di bawa
kesuhu yang sama tinggi. Oleh karena itu bagian yang paling banyak atau yang
pertama dipanaskan memperoleh masa jenis yang lebih kecil daripada bagian masa
yang lebih dingin. Sebagai akibatnya terjad sirkulasi, sehingga kalor akhimya
tersebar pada seluruh zat.


u
T


u q
Tw
Dinding
Laju
perpindahan kalor dihubungkan dengan beda suhu menyeluruh antara dinding dan
fluida, dan kuas permukaan A. Besar h disebut koefisien perpindahan-kalor
konveksi (convection heat-transfer coefficient). Rumus dasar yang digunakan
adalah
![]() |
Keterangan:
H :
Perpindahan panas
h :
Koefisien konveksi
A :
Luas permukaan
T : Perpindahan suhu

Pada perpindahan kalor
secara konveksi, energi kalor ini akan dipindahkan ke sekelilingnya dengan
perantaraan aliran fluida. Oleh karena pengaliran fluida melibatkan
pengangkutan masa, maka selama pengaliran fluida bersentuhan dengan permukaan
bahan yang panas, suhu fluida akan naik. Gerakan fluida melibatkan kecepatan
yang seterusnya akan menghasilkan aliran momentum. Jadi masa fluida yang
mempunyai energi terma yang lebih tinggi akan mempunyai momentum yang juga
tinggi. Peningkatan momentum ini bukan disebabkan masanya akan bertambah.
Malahan masa fluida menjadi berkurang karena kini fluida menerima energi kalor.
Fluida yang panas karena menerima kalor dari permukaan bahan akan naik ke atas.
Kekosongan tempat masa bendalir yang telah naik itu diisi pula oleh masa fluida
yang bersuhu rendah. Setelah masa ini juga menerima energi kalor dari permukan
bahan yang kalor dasi, masa ini juga akan naik ke atas permukaan meninggalkan
tempat asalnya. Kekosongan ini diisi pula oleh masa fluida bersuhu renah yang
lain.

Perpindahan
panas konveksi
(a)
konveksi paksa, (b) konveksi alamiah,
(c)
pendidihan, (d) kondensasi
Proses ini akan
berlangsung berulang-ulang. Dalam kedua proses konduksi dan konveksi, faktor
yang paling penting yang menjadi penyebab dan pendorong proses tersebut adalah
perbedaan suhu. Apabila perbedaan suhu .terjadi maka keadaan tidak stabil terma
akan terjadi. Keadaan tidak stabil ini perlu diselesaikan melalui proses
perpindahan kalor. Dalam pengamatan proses perpindahan kalor konveksi, masalah
yang utama terletak pada cara mencari metode penentuan nilai h dengan tepat.
Nilai koefisien ini tergantung kepada banyak faktor. Jumlah kalor yang dipindahkan,
bergantung pada nilai h.
Jika cepatan medan tetap, artinya tidak ada
pengaruh luar yang mendoromg fluida bergerak, maka proses perpindahan ka1or berlaku.
Sedangkan bila kecepatan medan dipengaruhi oleh
unsur luar seperti kipas atau peniup, maka proses konveksi yang akan terjadi
merupakan proses perpindahan kalor konveksi paksa. Yang membedakan kedua proses
ini adalah dari nilai koefisien h-nya.
3) PERPINDAHAN PANAS DENGAN CARA RADIASI
Yang dimaksud dengan pancaran
(radiasi) ialah perpindahan kalor melalui gelombang dari suatu zat ke zat yang
lain. Semua benda memancarkan kalor. Keadaan ini baru terbukti setelah suhu
meningkat. Pada hakekatnya proses perpindahan kalor radiasi terjadi dengan
perantaraan foton dan juga gelombang elektromagnet. Terdapat dua teori yang
berbeda untuk menerangkan bagaimana proses radiasi itu terjadi. Semua bahan
pada suhu mutlak tertentu akan menyinari
sejumlah energi kalor tertentu. Semakin tinggi
suhu bahan tadi maka semakin tinggi pula energi kalor yang disinarkan. Proses
radiasi adalah fenomena permukaan. Proses radiasi tidak terjadi pada bagian dalam
suatu bahan. Tetapi suatu bahan apabila menerima sinar, maka banyak hal yang
boleh terjadi. Apabila sejumlah energi kalor menimpa suatu permukaan, sebagian
akan dipantulkan, sebagian akan diserap ke dalam bahan, dan sebagian akan
menembusi bahan dan terus ke luar. Jadi dalam mempelajari perpindahan kalor
radiasi akan dilibatkan suatu fisik permukaan.
Rumus
untuk perpindahan panas secara radiasi menerapkan hukum Stefan yaitu:
![]() |
Keterangan:
e :
Emisivitas

T :
Suhu 

Persamaan diatas disebut hukum stefan-boltzman
tentang radiasi termal dan berlaku hanya untuk radiasi benda hitam saja. Benda
hitam adalah benda yang memancarkan energi menurut hukum
.

Bahan yang dianggap mempunyai
ciri yang sempurna adalah jasad hitam. Disamping itu, sama seperti cahaya lampu,
adakalanya tidak semua sinar mengenai permukaan yang dituju. Jadi dalam masalah
ini kita mengenal satu faktor pandangan yang lazimnya dinamakan faktor bentuk.
Maka jumlah kalor yang diterima dari satu sumber akan berbanding langsung
sebahagiannya terhadap faktor bentuk ini. Dalam pada itu, sifat terma permukaan
bahan juga penting. Berbeda dengan proses konveksi, medan aliran fluida
disekeliling permukaan tidak penting, yang penting ialah sifat terma saja.
Dengan demikian, untuk memahami proses radiasi dari satu permukaan kita perlu
memahami juga keadaan fisik permukaan bahan yang terlibat dengan proses radiasi
yang berlaku.

Perpindahan panas radiasi
(a) pada permukaan, (b) antara permukaan dan
lingkungan
Proses perpindahan
kalor sering terjadi secara serentak. Misalnya sekeping plat yang dicat hitam.
Lalu dikenakan dengan sinar matahari. Plat akan menyerap sebahagian energi
matahari. Suhu plat akan naik ke satu tahap tertentu. Oleh karena suhu
permukaan atas naik maka kalor akan berkonduksi dari permukaan atas ke
permukaan bawah. Dalam pada itu, permukaan bagian atas kini mempunyai suhu yang
lebih tinggi dari suhu udara sekeliling, maka jumlah kalor akan disebarkan
secara konveksi. Tetapi energi kalor juga disebarkan secara radiasi. Dalam hal
ini dua
hal terjadi, ada kalor yang dipantulkan dan ada
kalor yang dipindahkan ke sekeliling.
Berdasarkan kepada keadaan terma permukaan,
bahan yang di pindahkan dan dipantulkan ini dapat berbeda. Proses radiasi tidak
melibatkan perbedaan suhu. Keterlibatan suhu hanya terjadi jika terdapat dua
permukaan yang mempunyai suhu yang berbeda. Dalam hal ini, setiap permukaan
akan menyinarkan energi kalor secara radiasi jika permukaan itu bersuhu T dalam
unit suhu mutlak. Lazimnya jika terdapat satu permukaan lain yang saling
berhadapan, dan jika permukaan pertama mempunyai suhu T1 mutlak sedangkan
permukaan kedua mempunyai suhu T2 mutlak, maka permukaan tadi akan saling
memindahkan kalor .
Selanjutnya juga penting untuk diketahui bahwa
:
1. Kalor radiasi merambat lurus.
2.
Untuk perambatan itu tidak diperlukan medium (misalnya zat cair atau gas).
BAB 3
APLIKASI DI BIDANG TEKNIK KIMIA
1.
APLIKASI PERPINDAHAN PANAS
PADA THERMOS
Pada saat mendidihkan air
panas, berarti kita mendapatkan air panas. Bagaimana caranya agar air ini tetap
panas? Tentunya kita masukkan ke dalam thermos. Thermos merupakan salah satu
alat untuk menyekat kalor. Bagaimanakah cara kerja thermos hingga dapat
menyekat kalor agar air tetap panas? Pada thermos terdapat dinding kaca di mana
bagian dalam dan bagian luarnya dibuat mengkilap. Bagian dalam kaca dibuat
mengkilap agar kalor dari air panas tidak terserap pada dinding. Sementara
bagian luar dinding kaca dibuat mengkilap berlapis perak agar tidak terjadi
perpindahan kalor secara radiasi. Ruang hampa di antara bagian dalam dan luar
berfungsi untuk mencegah perpindahan kalor secara konveksi. Tutup thermos
terbuat dari bahan isolator, seperti gabus, untuk mencegah terjadinya
perpindahan kalor secara konduksi. Dengan demikian air di dalam thermos tetap
panas.
2. APLIKASI PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI DALAM MEDAN ALIRAN PAKSA
MENGGUNAKAN ALGORITMA SIMPLE
Aplikasi ini merupakan
aplikasi pada geometri dua plat datar. Perpindahan kalor konveksi dalam medan
aliran merupakan gejala yang dipengaruhi oleh distribusi kecepatan aliran dan
sifat-sifat fluida setempat. Distribusi kecepatan dalam medan aliran ini harus
memenuhi dua persamaan secara serentak. persamaan momentum dan persamaan
kontinuitas. Bila harga tekanan yang tepat disubstitusi ke dalam persamaan
momentum, maka medan kecepatan yang dihasilkan akan memenuhi persamaan
kontinuitas.
Algoritrna SIMPLE (Semi-Implicit Method fur
Pressure-Linked Equalioiis, Patankar, 1972) merupakan salah satu metoda untuk
mendapatkan medan tekanan yang "tepat" yang diawali dengan menebak
medan tekanan dan kecepatan pada awal iterasi. Substitusi harga tebakan ini ke
dalam persamaan momentum memberikan medan kecepatan yang selanjutnya dikoreksi
agar memenuhi persamaan kontinuitas. Medan tekanan juga dikoreksi dengan suatu
faktor relaksasi yang harus ditentukan untuk mendapatkan konvergensi solusi.
Pada tugas akhir ini, algoritma SIMPLE, diterapkan ke dalam sistem aliran udara
di antara dua plat datar yang dipanaskan. Simulasi dilakukan pada berbagai
kondisi kecepatan aliran serta temperatur dan jarak antar plat. Persyaratan
konvergensi yang dipilih untuk menghentikan iterasi adalah bahwa selisih harga
antara kecepatan dari persamaan momentum dan kecepatan dari persamaan
kontinuitas tidak melebihi 1% (relatif terhadap kecepatan setempat) untuk
seluruh titik grid dalam medan aliran. Dari simulasi ini dapat diperoleh
distribusi temperatur dan kecepatan pada seluruh titik dalam medan aliran udara
di antara dua plat datar (sepanjang domain simulasi). Distribusi temperatur
yang telah diperoleh selanjutnya dapat digunakan untuk menghitung distribusi
bilangan Nusselt sepanjang arah aliran udara. Sebagai hasilnya, diperoleh
distribusi bilangan Nusselt yang berubah secara asimtotik menuju harga yang
bervariasi di sekitar 7,534 - 7,542. Hasil ini cukup dekat dengan data yang
terdapat di dalam referensi (Ozisik, Iieul Iiwi /erj) di mana bilangan Nusselt
berubah secara asimtotik menuju harga 7,541.
3. APLIKASI DALAM CFD
Aplikasi CFD Dalam Kehidupan Computational Fluid Dynamics atau CFD
adalah analisis sistem yang melibatkan aliran fluida, perpindahan panas dan fenomena-fenomena terkait seperti reaksi
kimia dengan cara simulasi berbasis komputer.
APLIKASI CFD
Ø
Dalam perancangan instalasi
perpipaan
Aplikasi dari piranti lunak berbasis metoda nemrik adalah dalam
perancangan instalasi perpipaan. Dengan bantuan piranti lunak ini proses
perancangan menjadi lebih mudah karena analisis terhadap rancangan langsung
dapat diketahui hanya dengan menggambarkan instalasi rancangan. Umumnya piranti
lunak yang tersedia di pasaran menyediakan fasilitas untuk berbagai boundary
conditions seperti single atau double acting displacement, single atau double
acting rotational, translational dengan bi-linear stiffness, snubbers, guide
dan limit stop, tie-rod assembly, gap dan friksi, dan lain-lain.
Ø
Aplikasi pada Industri
Di bidang Aerospace : memperkirakan aliran fluida pada pesawat dan
juga menentukan material yang akan dipakai oleh pesawat, simulasi bagian mana
dari pesawat yang akan menerima kalor dan tekanan paling tinggi akibat gesekan
dengan atmosfir saat meninggalkan atau menuju bumi, merancang dan mendisain
bentuk pesawat, drag force dan lift force, etc.
Di bidang proses industry :
design dan analisa pipa pada industry oil & gas, analisa blade pompa,
proses terjadinya kavitasi pada pompa maupun pipa, Heat Exchanger., water
mixer, milk heater, etc
Ø
Aplikasi di bidang otomotif
Di bidang Otomotif : penentuan sifat aerodinamik pada bagian
kendaraan, pergerakan kendaraan pada terowongan, system wiper, Fuel rail,
Muffler, catalytic converter, natural convection with radiation ( head lamp),
alternator, etc.
Powerplant : simulasi keadaan yang terjadi selama proses generasi -Di bidang listrik
berlangsung, yang umumnya terjadi pada boiler(PLTU), sehingga dapat mengetahui
erosi partikel, korosi, perpindahan panas terutama didalam tube (pipa),
particle drying (pengeringan partikel), ignition (pengapian), dan burnout
dynamics (pergerakan api pembakaran). mengetahui karakteristik api,
karakteristik turbin, keadaan didalam boiler, pipa, efisiensi optimal cooling
tower, optimasi waste (PLTG)
Di bidang Elektronika : analisa aliran thermal di dalam assembli
computer, pada tata letak server database.
Di bidang HVAC (Heat Ventilating Air Conditioner) : perpindahan
kalor dan distribusi kontaminan dalam dimensi ruang (tiga dimensi), distribusi
aliran udara dan tempratur, parameter kenyaman tata letak ruangan, Air Cond.
Duct system pada Mass transport, building, etc
Di bidang kesehatan : simulasi aliran darah dalam pembuluh darah
arteri dan vena , menjelaskan efek pernapasan dari partikael-partikel berukuran
berbeda dalam tubuh manusia , kontaminasi udara, air, atau fluida lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Kreith,Frank dan Arko prijono.prinsip-prinsip perpindahan
panas.Edisi ketiga. Erlangga:Jakarta.1997.
Holman, J.P., dan jasjfi.Perpindahan Kalor.Edisi
keenam.Erlangga:Jakarta.1997
Incropera, F.P., dan Dewitt, D.P., Fundamental
of Heat and Mass Transfer, John Wiley & Sons, 2002.
Kern, D.Q., Process Heat Transfer, Mc Graw Hill,
New York, 1950.
McCabe, Smith dan Harriots, Unit Operations in Chemical Engineering,
Mc Graw Hill,1985.
Holman, J.P., Heat Transfer, Mc Graw Hill, New
York, 1987.
http://E-Learning
USU-inherent/perpindahan panas.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar